Archive for the ‘Mass Communications’ Category

Media Massa Televisi

Posted: Juni 27, 2011 in Mass Communications
Komunikasi merupakan satu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia. Carl Hovland  mendefinisikan komunikasi sebagai: The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify behavior of the individuals (communicatess)”. Proses dimana seorang komunikator menyampaikan rangsangan-rangsangan biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk merubah tingkah laku komunikan.[1]
Selain itu, ada pernyataan yang menarik dari Harrold Lasswell, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan jawaban dari pertanyaan Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect?[2] Berdasarkan pernyataan Lasswell, dapat dituruknan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain dan tidak bisa di pisahkan, serta sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:
a.     Komunikator (communicator, source, sender)
b.    Pesan (massage)
c.    Media (media, channel)
d.   Komunikan (communicant, receiver, recipient)
e.    Efek (effect, impact, influence)
Melihat dari kelima unsur diatas, Laswell menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.[3]
Menurut Elizabeth-Noelle Neuman, ada empat tanda pokok komunikasi massa yaitu (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar.[4]
Komunikasi massa itu sendiri berkembang seiring dengan digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi lebih tepatnya setelah mesin cetak ditemukan oleh Johan Gutenberg pada awal abad 20. Gejala pengembangan komunikasi massa makin meluas ketika radio dan film digunakan sebagai media komunikasi massa disusul tumbuhnya industri televisi pada pertengahan abad 20 era tahun 1950-an. Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-pesannya. Menurut Berlo (1960) bahwa kata massa diartikan “Meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran”. Massa mengandung pengertian orang banyak dan mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar di berbagai lokasi yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama.[5]
Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.[6]
Televisi siaran merupakan media komunikasi massa karena memenuhi unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect).[7] Pada saat ini televisi merupakan salah satu media komunikasi yang banyak dibutuhkan masyarakat karena televisi memiliki sifat media yang khas sebagai media pandang dengar (audio-visual) sifat ini menjadikan keunggulan media televisi mampu menyampaikan pesan yang lebih hidup. Segala informasi seperti isu sosial politik, ekonomi, budaya, hukum, kriminalitas, olah raga sampai dengan masalah gosip para public figure, kuis, permainan (games) semuanya ditayangkan di media televisi dengan beragarn kreasi pengemasan program acaranya.
Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya elecctrische telescope sebagai perwujudan gagasan dari seorang mahasiswa di Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dan satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai “bapak” televisi. [8]
Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun banyak dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar luas dan dapat memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Milly Buonanno: The thing that brought many to study television in the first place, namely a popular reach, commercial scale, political power, and cultural significance that made The Tube a metonym of society as a whole, has passed.[9]
Secara teknis televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat penangkap siaran bergambar. Istilah televisi (television) merupakan suatu kata yang berasal dari gabungan kata tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan vision (bahasa Latin videra) artinya melihat/memandang. Jadi secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh. Tepatnya, televisi ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan.[10]
Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda”(1965), televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar, sehingga dapat memungkinkan menampilkan pesan suara maupun gambar secara bersamaan. Televisi menciptakan suasana yang berbeda, penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi sangat mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.[11]
Sifat televisi yang serempak dimanfaatkan untuk membuat khalayak secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan komunikator. Selain sifat televisi yang cepat memungkinkan pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang singkat. Daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pala-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum munculnya televisi, berubah total sama sekali. Inilah yang membuat media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama dengan mahluk buta yang hidup dalam tempurung.
Sedangkan pengertian komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan), maka pesan-pesan yang disampikan melalui komunikai massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Pesan-pesan televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual).[12]
Karena sifat komunikasi massa media televisi yang transitory (hanya meneruskan) itu maka: (1) isi pesan yang akan disampaikannya harus singkat dan jelas, (2) cara penyampaian kata per kata harus benar, (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik.[13]
Paradigma Harold Lasswell tentang proses komunikasi yang berbunyi “Who, says waht, to whom, in which channel, and with what effect“. Secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media. Memasukan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak, sasaran, serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Posisi dan peran media massa, termasuk televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Menurut seorang alhi komunikasi Harold Lasswell melihat fungsi utama media massa sebagai berikut [14]:
a.       The surveillance of the environment, yang berarti bahwa media televisi berperan sebagai pengamat lingkungan.
b.      The correlation of part of society inresponding to the environment yaitu media televisi mengadakan korelasi antara informasi data yang diperolah dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi.
c.       The transmission of the social heritage from one generation to the next yaitu media televisi berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Disamping tiga fungsi utama seperti yang dikemukakan Lasswell tersebut, Charles R. Wright, dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai berikut: “communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effect they might have”.[15]
Media massa memiliki fungsi hiburan. Hal ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya, agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media. Selain itu, fungsi menghibur media massa juga memiliki daya guna sebagai pelarian pemirsa terhadap suatu masalah.  Bahkan, justru karena fungsi hiburan ini orang/masyarakat mengkonsumsi media massa.


[1] Onong Uchajana Effendy. Televisi Siaran Teori dan Praktek. ( Bandung:  Mandar Maju, 1993), hal 2.
[2] Deddy Mulyana.  Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.  (Bandung: Remaja Ros Dakarya, 2000), hal 62.
[3] Jalaludin Rahmat.  Psikologi Komunikasi.  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001).  hal. 189
[4] Ibid.
[5] Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004).
[6] Morissan. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 13.
[7] Wiryanto. Op. cit. hal. 67
[8] Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 5-6.
[9] Milly Bounnanoo. The Age of Television Experiences and Theories. Book Review  by John Hartly.  (International Journal of Communications: 2009).
[10] Sofiah. Komunikasi Media Film dan Televisi. (Surakarta: UNS Press, 1993), hal. 47
[11] Wawan Kuswandi. Op. cit., hal. 8
[12] Ibid., hal. 16.
[13] Ibid., hal. 18.
[14] Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). hal. 32-33.
[15] Ibid., hal. 33.

Media Massa

Posted: Juni 27, 2011 in Mass Communications
Media massa suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Media massa adalah semua sarana komunikasi yang dipakai oleh komunikator untuk menyampaikan pesa-pesan kepada orang banyak dalam satu waktu. Menurut Newman, media massa mengandung tiga unsur, yaitu :
1.      Sifat media massa tidak langsung akantetapi harus lewat media teknis.
2.       Media massa berjalan satu arah.
3.      Media massa bersifat terbuka dan tertuju pada publik yang tek terbatas.
Jenis media yang secara tradisional termasuk di dalam media massa adalah surat kabat, majalah, televisi, film dan radio. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan tabloit.
1.Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disamakan dengan penemuan roda, karena mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tak formal terkadang disebut dengan tivi, teve atau tipi.
Dalam penemuan televisi (tv), terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal dari tahun ke tahun. Awalnya televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar dasar hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang memulai era komunikasi elektronik.
·         1876George Carey menciptakan selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda.
·         1884Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis.
·         1888Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
·         1897 – Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi dassar televisi layar tabung.
·         1900 – Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
·         1907Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
·         1927Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
·         1929Vladimir Kosma Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT.
·         1940Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
·         1958 – Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.
·         1964 – Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
·         1967James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
·         1968 – Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
·         1975Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
·         1979 – Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
·         1981Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
·         1987 – Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
·         1995 – Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
·         dekade 2000– Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
2. Koran
Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya. Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu.
Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan.
Kebanyakan negara mempunyai setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia contohnya adalah KOMPAS. Pemilik surat kabar, atau sang penanggung jawab, adalah sang penerbit, sedangkan orang yang bertanggung jawab terhadap isi surat kabar disebut editor.
a. Sistem cetak jarak jauh
Perkembangan teknologi modern (komputer, internet, dll) kini memungkinkan pencetakan surat kabar secara simultan di beberapa tempat, sehingga peredaran di daerah-daerah yang jauh dari pusat penerbitan dapat dilakukan lebih awal. Misalnya, koran Republika yang pusatnya di Jakarta, melakukan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Solo. Koran International Herald Tribune yang beredar di Indonesia dicetak dan diterbitkan di Singapura, padahal kantor pusatnya berada di Paris.
Di satu pihak sistem ini menolong beredarnya koran-koran kota besar di daerah-daerah dengan lebih tepat waktu. Namun di pihak lain, koran-koran daerah banyak yang mengeluh karena hal ini membuat koran-koran besar semakin merajai dan mematikan koran-koran daerah yang lebih kecil.
b. Format
Surat kabar modern biasanya terbit dalam salah satu dari tiga ukuran:
·         broadsheet (ukuran besar) (29½ X 23½ inci), biasanya berkesan lebih intelektual.
·         tabloid: setengah ukuran broadsheet, dan sering dipandang sebagai berisi kabar-kabar yang lebih sensasional.
·         “Berliner” atau “midi” (470×315 mm), yang digunakan surat kabar di Eropa seperti Le Monde.
Sejak tahun 1980-an, banyak surat kabar yang dicetak berwarna dan disertai grafis. Ini menunjukkan bahwa tata letak surat kabar semakin penting dalam menarik perhatian pembaca.
c. Koran sebagai kekuatan politik
Di negara-negara Barat, pers disebut sebagai kekuatan yang keempat, setelah kaum agamawan, kaum bangsawan, dan rakyat. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Thomas Carlyle pada paruhan pertama abad ke-19. Hal ini menunjukkan kekuatan pers dalam melakukan advokasi dan menciptakan isu-isu politik. Karena itu tidak mengherankan bila pers sering ditakuti, atau malah “dibeli” oleh pihak yang berkuasa.
Di Indonesia, pers telah lama terlibat di dalam dunia politik. Di masa penjajahan Belanda pers ditakuti, sehingga pemerintah mengeluarkan haatzai artikelen, yaitu undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan yang “menaburkan kebencian” terhadap pemerintah.
Pada masa Orde Lama banyak penerbitan pers yang diberangus oleh Presiden Soekarno. Namun bredel pers paling banyak terjadi di bawah pemerintahan Soeharto. Akibatnya banyak wartawan yang harus menulis dengan sangat berhati-hati. Atau sebaliknya, wartawan menjadi tidak kritis dan hanya menulis untuk menyenangkan penguasa.
3. Radio
Radio adalah teknologi yang membolehkan pengiriman sinyal oleh modulasi gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas (merambat) lewat udara dan juga kevakuman angkasa, gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkutan.
a. Gelombang radio
Gelombang radio adalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik, dan terbentuk ketika objek bermuatan listrik dipercepat dengan frekuensi yang terdapat dalam frekuensi radio (RF) dalam spektrum elektromagnetik. Gelombang ini dalam jangkauan 10 hertz sampai beberapa gigahertz. Radiasi Elektromagnetik bergerak dengan cara elektrik dan magnetik osilasi.
Adapun gelombang elektromagnetik lainnya, yang memiliki frekuensi di atas gelombang radio adalah sinar gamma, sinar-X, inframerah, ultraviolet, dan cahaya terlihat.
Ketika gelombang radio melalui kabel, osilasi dari medan listrik dan magnetik dapat mempengaruhi arus bolak-balik dan voltasi di kabel. Ini dapat diubah menjadi signal audio atau lainnya yang dapat membawa informasi. Meskipun kata ‘radio’ digunakan untuk menjelaskan fenomena ini, transmisinya yang kita kenal sebagai televisi, radio, radar, dan telepon genggam adalah kelas dari emisi frekuensi radio.
b. Sejarah Penemuan radio
Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya ke Royal Society teori dinamika medan elektromagnetik (bahasa Inggris: A dynamical theory of the electromagnetic field), setelah kerjanya antara 1861 dan 1865. Pada 1878 David E. Hughes adalah orang pertama yang mengirimkan dan menerima gelombang radio ketika dia menemukan bahwa keseimbangan induksinya menyebabkan gangguan ke telepon buatannya. Dia mendemonstrasikan penemuannya kepada Royal Society pada 1880 tapi hanya dibilang itu cuma merupakan induksi.
Heinrich Rudolf Hertz (18861888) yang pertama kali membuktikan teori Maxwell melalui eksperimen, memperagakan bahwa radiasi radio memiliki seluruh properti gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian), dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan ke persamaan turunan partial disebut persamaan gelombang.
c. Penggunaan radio
Banyak penggunaan awal radio adalah maritim, untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode Morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang memata-matai armada Rusia pada saat Perang Tsushima di 1901. Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah pada saat tenggelamnya RMS Titanic pada 1912, termawuk komunikasi antara operator di kapal yang tenggelam dan kapal terdekat, dan komunikasi ke stasiun darat mendaftar yang terselamatkan.
Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang Dunia II; Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika kabel bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan Empat belas Pokok Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika perang.
Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an, dengan populernya pesawat radio, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Selain siaran, siaran titik-ke-titik, termasuk telepon dan siaran ulang program radio, menjadi populer pada 1920-an dan 1930-an.
Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah pengembangan pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar. Radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Sekarang ini, radio di gunakan sebagai sarana hiburan (musik), informasi, yang menyerupai tv, akan tetapi tingkat popularitas radio saat ini kalah dengan audio-visual yang disajikan di televisi.
4. Film
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk ‘berpindah gambar’). Film, secara kolektif, sering disebut ‘sinema‘. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.
5. Majalah dan Tabloit
Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan, bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang.
Tabloid sebenarnya adalah istilah suatu format surat kabar yang lebih kecil (597 mm × 375 mm) dari ukuran standar koran harian. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan penerbitan surat kabar reguler non harian (bisa mingguan, dwimingguan, dll), yang terfokus pada hal-hal yang lebih “tidak serius”, terutama masalah selebritas, olah raga, kriminal, dll. Meskipun demikian, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa surat kabar harian seperti Republika dan Koran Tempo telah pula mulai menggunakan format tabloid.
6. Internet
Secara harfiah, internet (kependekan daripada perkataan ‘inter-network’) ialah rangkaian komputer yang berhubung menerusi beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf ‘I’ besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.
a. Kemunculan Internet
Rangkaian pusat yang membentuk Internet diawali pada tahun 1969 sebagai ARPANET, yang dibangun oleh ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency). Beberapa penyelidikan awal yang disumbang oleh ARPANET termasuk kaedah rangkaian tanpa-pusat (decentralised network), teori queueing, dan kaedah pertukaran paket (packet switching).
Pada 01 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya, dari NCP ke TCP/IP. Ini merupakan awal dari Internet yang kita kenal hari ini. Pada sekitar 1990-an, Internet telah berkembang dan menyambungkan kebanyakan pengguna jaringan-jaringan komputer yang ada. (IYAN)
b. Internet pada saat ini
Intenet dijaga oleh perjanjian bi- atau multilateral dan spesifikasi teknikal (protokol yang menerangkan tentang perpindahan data antara rangkaian). Protokol-protokol ini dibentuk berdasarkan perbincangan Internet Engineering Task Force (IETF), yang terbuka kepada umum. Badan ini mengeluarkan dokumen yang dikenali sebagai RFC (Request for Comments). Sebagian dari RFC dijadikan Standar Internet (Internet Standard), oleh Badan Arsitektur Internet (Internet Architecture Board – IAB).
Beberapa layanan populer di internet yang menggunakan protokol di atas, ialah email/surat_elektronik, Usenet, Newsgroup, perkongsian file (File Sharing), WWW (World Wide Web), Gopher, akses sesi (Session Access), WAIS, finger, IRC, MUD, dan MUSH. Di antara semua ini, email/surat_elektronik dan World Wide Web lebih kerap digunakan, dan lebih banyak servis yang dibangun berdasarkannya, seperti milis (Mailing List) dan Weblog. Internet memungkinkan adanya servis terkini (Real-time service), seperti web radio, dan webcast, yang dapat diakses di seluruh dunia. Selain itu melalui internet dimungkinkan untuk berkonikasi secara langsung antara dua pengguna atau lebih melalui program pengirim pesan instan seperti Camfrog, Yahoo! Messenger, MSN Messenger dan Windows Live Messenger.
c. Budaya Internet
Internet juga semakin banyak digunakan di tempat umum. Beberapa tempat umum yang menyediakan layanan internet termasuk perpustakaan, dan internet cafe/warnet (juga disebut Cyber Cafe). Terdapat juga tempat awam yang menyediakan pusat akses internet, seperti Internet Kiosk, Public access Terminal, dan Telepon web.
Terdapat juga toko-toko yang menyediakan akses wi-fi, seperti Wifi-cafe. Pengguna hanya perlu membawa laptop (notebook), atau PDA, yang mempunyai kemampuan wifi untuk mendapatkan akses internet.
Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses yang mudah atas bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, Internet melambangkan penyebaran (decentralization) informasi dan data secara ekstrim.
Perkembangan Internet juga telah mempengaruhi perkembangan ekonomi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (dan sebagian sangat kecil melalui pos atau telepon), kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui Internet. Transaksi melalui Internet ini dikenal dengan nama e-commerce. Terkait dengan pemerintahan, Internet juga memicu tumbuhnya transparansi pelaksanaan pemerintahan melalui e-government.
Selain dampak positif, internet memunculkan kebimbangan masyarakat tentang Internet yang berpuncak pada beberapa bahan kontroversi di dalamnya. Pelanggaran hak cipta, pornografi, pencurian identitas, dan ucapan benci (Hate speech), adalah biasa dan sulit dijaga. Oleh karena itu sebusa mungkin penggunaan internet harus difilter agar dampak negative internet tidak merajalela mempengaruhi moral dan agar tidak mengurangi nilai posifif tentang internet.

Komunikasi Massa (2)

Posted: Juni 27, 2011 in Mass Communications
Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Tan dan Wright dalam Liliweri (1991) komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikaan secara massal, jumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.[1]
Definisi sederhana dikemukakan oleh Bittner komuniksi massa adalah pesan yang di komunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communications is massages communicated thought a mass medium to large number of people). Dari definisi terbebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, meskipun komunikasi dilakukan disampaikan untuk masyarakat banyak, seperti pengajian akbar dilapangan terbuka, jika tidak menggunakan media massa berarti bukan merupakan komunikasi massa.[2]
Lebih rinci menurut Gerbner ( 1967) “Mass communications is the tecnologically and intitutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of massages in industrial societies”. ( Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang masyarakat industri. [3]
Karakteristik Komunikasi Massa
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa menggunakan media massa baik media cetak maupun elektronik. Dengan mengingat pendapat dari Wright, bahwa komunikasi massa itumelibatkan lembaga dan komunikatornya yang bergerak dalam organisasi yang kompleks. Secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai dengan pesan diterima oleh komunikan, harus melalui proses yang panjang dan terstruktur. Hal ini dapat menggambarkan bahwa komunikator dalam komunikasi massa merupakan suatu kelembagaan yang tidak hanya satu orang saja yang bergerak melaiknan oleh banyak personal dalam suatu sistem.
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunkasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk suatu kelompok tertentu. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun yang harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menari, bagi sebagoia besar komunikan. Dengan demikian pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri bagi sebagian besar komunikan. Oleh karena itu komunikasi massa bersifat umum.
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersonal, komunikan akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnyta dengan jelas, dan perilakunya. Sedangkan dalam komuniksi massa, komunikan tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikan menggunakan media dan tanpa tatap muka langsung. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena komunikan komunikasi massa terdiri dari berbagai lapis masyarakat yang berbeda, yang dapat di kelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agana, latar belakang budaya, dan tingkat ekonomi.
Komunikasi massa mengutamakan isi ketimbang hubungan. Pada komunikasi antar personal , unsur hubungan sangat penting. sebaliknya, pada komunikasi massa yang penting merupakan unsur isi. Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang di sampaikan tidak perlu menggunakan sistematik tertentu. Topik yang dibahas pun berbagai macam, tidak harus relevan dantara satu dengan yang lain, perpindahan topik satu dengan yang laik berjalan secara fleksibel. Sehingga, dalam komunikasi antar personal, yang menentukan efektifitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi hubungan manusia bukan pada ‘apanya’ tapi pada ‘bagaimana’. Sedangkan komunikasi massa menekankan pada ‘apanya’. Dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
Komunikasi massa bersifat satu arah kerna melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah.
Komunikasi massa melibatkan stimulasi alat indra yang tebatas. Pada komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikan, dan komunikator dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa stimulasi alat indra  tergantung pada jenis media massa.
Komponen umpan balik atau yang lebih populer disebut feedback merupakan faktor penting dalam komunikasi. Efektivitas komunikasi seringkali dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Dalam komunikasi massa proses feedback tertunda (delay) kerena komunikan tidak dapat secara langsung bereaksi terhadap komunikator sebab komunikasi massa menggunakan media tanpa tatap muka. Sedangkan, umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antar personal.
Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat
            Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretations (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of value (penyebaran nilai), dan intertainment (hiburan).[4]
  1. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa terbagi dalam bentuk utama : warning of beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveillance (pengawasan instrumental).
Fungsi pengawasan peringatan, terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, gunung meletus atau peristiwa-pperistiwa bencana lainnya. Pesan tersebut dalam komunikasi massa sertamerta menjadi bentuk ancaman.
Fungsi pengawasan instrumental, adalah penyampaian atau penyebaran iunformasi yang memiliki keguanaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang harha-harga saham bursa efek, berita produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan, dan sebagainya.
  1. Interpretations (Penafsiran)
Dalam komunikasi massa media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadia-kejadian penting. Maksudnya, organi sasi atau lembaga media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang akan ditayangkan atau dimuat.
Tujuan penafsiran media ingin mengajak khalayak untuk memperluasa wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam kominukasi antarpersonal atau komunikasi kelompok.
  1. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian)  berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tetang sesuatu.
  1. Transmission of value (Penyebaran Nilai-nilai)
Fungsi ini juga disebut fungsi sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai-nilai kelompok. Media massa memperlihatkan bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.
  1. Intertainment (Hiburan)
Sulit dibantah bahwa hampir semua media massa mejalankan fungsi menghibur. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir dari tiga seperempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan program acara hiburan. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran, karena dengan membaca berita ringan akan melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.


[1] Elvinaco Ardianto & Lukiyati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar , Simbiosa Rekatama Media,  Bandung, 2007, hal. 3
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Ibid, hal. 15

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri. Kehidupan manusia sudah dikodratkan untuk saling bergantung antar manusia dalam suatu tatanan kehidupan yang disebut kehidupan sosial. Dalam menjalani kehidupan sosialnya, manusia senantiasa harus berinteraksi satu sama lain. Untuk itu komunikasi sangat penting untuk menunjang kehidupan sosial masyarakat.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan berasal dari kata communis yang berarti sama. Komunikasi akan berlangsung dengan lancar apabila terdapat kesamaan pengertian antara bentuk komunikasi yang digunakan dan makna yang dimaksud.[1]

Dalam studi komunikasi terdapat dua mazhab utama yang sering dijadikan landasan berpikir para ilmuwan komunikasi dalam meneliti berbagai fenomena komunikasi. John Fiske, membagi studi Komunikasi dalam dua Mahzab Utama[2]. Mahzab pertama melihat komunikasi sebagai suatu transmisi pesan. Fiske tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi.

Fiske melihat komunikasi sebagai suatu proses yang dengannya seorang pribadi mempengaruhi perilaku atau state of mind  pribadi yang lain. Jika efek tersebut berbeda dari atau lebih kecil daripada yang diharapkan, mahzab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi, dengan melihat tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui dimana kegagalan tersebut terjadi. Selanjutnya kita akan menyebut mahzab ini sebagai “Mahzab Proses”.[3]

Sedangkan mahzab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam kebudayaan kita. Fiske menggunakan istilah-istilah seperti pertandaan (signification), dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi––hal itu mungkin  akibat dari perbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Bagi mahzab ini, studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan.[4] Mahzab ini mendefinisikan interaksi sosial sebagai yang membentuk individu sebagai anggota dari suatu budaya atau masyarakat tertentu.

Bagi mahzab yang melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, pesan merupakan suatu konstruksi tanda yang melalui interaksinya dengan penerima, kemudian menghasilkan makna. Pengirim, yang didefinisikan sebagai transmiter pesan, menurun arti pentingnya. Penekanan begeser pada teks dan bagaimana teks itu “dibaca”. Membaca adalah proses menemukan makna yang terjadi ketika pembaca berinteraksi atau bernegoisasi dengan teks. Negosiasi ini terjadi karena pembaca membawa aspek-aspek pengalaman budayanya untuk berhubungan dengan kode dan tanda yang menyusun teks. Ia juga melibatkan pemahaman yang agak sama tentang apa sebenarnya teks tersebut. Maka pembaca dengan pengalaman sosial yang berbeda atau dari budaya yang berbeda mungkin menemukan makna yang berbeda pada teks yang sama. Ini bukanlah, seperti yang telah kami katakan, bukti yang penting dari kegagalan komunikasi.[5]

Lantas, pesan bukanlah sesuatu yang dikirim dari A ke B, melainkan suatu elemen dalam sebuah hubungan terstruktur yang elemen-elemen lainnya termasuk realitas eksternal dan produser/pembaca. Memproduksi dan membaca teks dipandang sebagai proses yang peralel, jika tidak identik, karena mereka menduduki tempat yang sama dalam hubungan tersetruktur ini. Kita bisa menggambarkan model struktur ini sebagai sebuah segitiga dengan anak panah yang menunjukan interaksi yang konstan; struktur tersebut tidaklah statis, melainkan suatu praktik yang dinamis[6].

Merunut pada mazhab komunikasi produksi dan pertukaran makna di atas[7], penerima atau pembaca teks dipandang memainkan peran yang lebih aktif dibandingkan dalam kebanyakan model mazhab komunikasi proses yang lebih menonjolkan pada pihak pengirim pesan teks.


[1] Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Penganta,  Bandung,  PT. Remaja Rosdakarya, 1999 Hlm  69-71.

[2] John Fiske, Cultural and Communication Studies, Yogyakarta,2007. Jalasutra, hlm 8

[3] Ibid.

[4] Ibid. hal. 9

[5] Ibid

[6] Ibid. hal. 11

[7] Ibid. hal. 61.

Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan satu hal yang mendasar. Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film (Jalaluddin Rakhmat, 2001:189).

Menurut Elizabeth-Noelle Neuman, ada empat tanda pokok komunikasi massa yaitu (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalul media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar (Jalaluddin Rakhmat, 2001:189).

Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa. (Morissan, 2008:13).

Saat ini bisa dikatakan bahwa televisi yang menjadi media komunikasi massa paling populer. Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya elecctrische telescope sebagai perwujudan gagasan dari seorang mahasiswa di Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dan satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai “bapak” televisi (Wawan Kuswandi, 1996:6).

Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun banyak dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar luas dan dapat memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Milly Buonanno: The thing that brought many to study television in the first place, namely a popular reach, commercial scale, political power, and cultural significance that made The Tube a metonym of society as a whole, has passed (http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/479/317)

Secara teknis televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata “tele” dan “vision”, yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh (http://id.wikipedia.org/wiki/ televisi).

Sedangkan pengertian komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan), mata pesan-pesan yang disampikan melalui komunikai massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Pesan-pesan televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual) (Wawan Kuswandi, 1996:16).

Karena sifat komunikasi massa media televisi yang transitory (hanya meneruskan) itu maka: (1) isi pesan yang akan disampaikannya harus singkat dan jelas, (2) cara penyampaian kata per kata harus benar, (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik (Wawan Kuswandi, 1996:18).

Paradigma Harold D. Lasswell (1984) tentang proses komunikasi yang berbunyi “Who, says waht, to whom, in which channel, and with what effect?“. Secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media. Memasukan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan te1evisi; tentu saja mempunyai tujuan khalayak, sasaran, serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Posisi dan peran media televisi dalarn operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan  media cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Messeges – A Reader in Human Communication“, Random House, New York 1980, mengungkapakan tiga fungsi media:

  1. The surveillance of the environment, yaitu mengamati lingkungan.
  2. The correlation of the part of society in responding to the environment, yaitu mengadakan korelasi antara informasi ada yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.
  3. The transmission of the social heritage from one generation to the next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga fungsi di atas pada dasarnya memberikan suatu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Tepatlah apabila ketiga fungsi yang dinyatakan oleh Harold Laswell tersebut menjadi kewajiban yang perlu dilakukan oleh media massa pada umumnya (Wawan Kuswandi, 1996:24).

Untuk di Indonesia sendiri, televisi sebagai media komunikasi massa mengalami perkembangan yang dinamis. Televisi mulai masuk di Indonesia (Jakarta) pada tahun 1962, bertepatan dengan “The 4th Asian Games”. Ketika itu Indonesia menjadi penyelenggara. Peresmian pesta olahraga tersebut bersamaan dengan peresmian penyiaran televisi oleh Presiden Soekarno, tanggal 24 Agustus 1962. Televisi yang pertama muncul adalah TVRI dengan jam siar antara 30-60 menit sehari (Wawan Kuswandi, 1996:34).

Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat seiring dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah sejak tanggal 24 Agustus 1990 melalui Surat Keputusan Menteri Penerangan nomor 111 tahun 1990 yang mengatur tata cara penyiaran di Indonesia. Hal ini terbukti dengan bermunculannya televisi-televisi swasta. Pada saat itu pemerintah mengijinkan lima saluran televisi swasta yakni RCTI, SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar, mandiri untuk beroperasi secara nasional (Ishadi SK, 1999:20).

Dan saat ini tercatat sudah ada 10 stasiun televisi swasta nasional yang telah mengudara yakni RCTI, SCTV, TPI, ANTV, lndosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV, dan TV One. Ini masih ditambah dengan puluhan tv lokal dan tv kabel lainnya. Hal ini membuktikan bahwa televisi memang sudah menjadi “barang penting” di Indonesia dan mi bisa menjadi media komunikasi massa yang paling efektif.

DAFTAR FUSTAKA

Ishadi SK. 1999. Dun/a Penyiaran Prospek dan Taniangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.          

Kuswandi, Wawan, 1996. Kornunikasi Massa Sebuah A na/isis Media Televisi. Jakarta Rineka Cipta.

Mc.Quail, Dennis.1994. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Morissan. 2008. Jurnalistik Televisi Mutaithir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Reinaja Rosdakarya. 1993. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi dengan Contoh Anal isis Statistik. Bandung: PT Remaja Roasdakarya.

http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/479/317

http://id.wikipedia.org/wiki/ televisi

Komuniasi Massa

Posted: Juni 12, 2011 in Mass Communications

Pada dasarnya komunikasi adalah penyampaian pesan dari komunikator melalui suatu media. Komunikasi yang ditujukan kepada komunikan dalam jumlah besar disebut komunikasi massa.

Definisi komunikasi massa juga diberikan oleh Jalaluddin Rakhmat sebagai berikut :

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.[1]

Komunikasi massa diartikan penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Menjalankan proses dalam penyampaian tujuan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan, maka peranan dari media massa ini pun sangat berarti bagi masyarakat.

Setiap aktivitas atau sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki fungsi. Beberapa pakar komunikasi memiliki pendapat yang beraneka ragam mengenai fungsi komunikasi. Namun pada dasarnya komunikasi dan komunikasi massa memiliki fungsi, yaitu :

  1. Menyiarkan informasi (to inform)
  2. Mendidik (to educate)
  3. Menghibur (to entertain) [2]

Komunikasi massa, dengan fungsinya sebagai sarana hiburan, informasi, dan pendidikan, menimbulkan pengaruh yang positif. Tetapi kurangnya keterampilan, pengetahuan, dan kewaspadaan pihak yang menangainya, pengaruhnya yang negatif tidak kecil. Komunikasi massa sebagai medium hiburan, terutama menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Tujuan dari komunikasi massa adalah adanya efek yang ditimbulkan setelah komunikan menerima pesan yang disajikan komunikator melalui media massa. Efek yang timbul dari proses komunikasi massa adalah sebagai berikut[3]:

1      Efek kognitif

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan dan informasi.

2      Efek afektif

Efek afektif terjadi bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan sikap, emosi atau nilai.

3      Efek behavioral

Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kegiatan berperilaku.

Efek kognitif, afektif dan behavioral merupakan rangkaian proses dalam diri kehidupan manusia yang saling berhubungan. Efek-efek tersebut dapat terjadi karena adanya proses komunikasi. Efek dari proses komunikasi sering menembus sistem sosial, budaya dan mempengaruhi dinamika masyarakat serta mempengaruhi struktur yang ada. Sebagai individu (audiens) merespons berita atau informasi media berdasarkan realitas sosial yang ada serta kebebasan media itu sendiri. Dan jika individu itu sebagai aktor, maka sesungguhnya media massa adalah alat untk memenuhi berbagai kebutuhan. Walau akhirnya efek media mampu mempengaruhi individu dan masyarakat secara keseluruhan, termasuk mempengaruhi media massa maupun informasi.


[1] Jalaludin Rahmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1994. hlm. 189

[2] Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004. hlm. 54

[3] Jalaludin Rakhmat. Op cit. 1996. hlm 219